Berita Informasi Kesehatan Terbaru

IUD dan Fungsinya dalam Keluarga Berencana

IUD dan Fungsinya dalam Keluarga Berencana

IUD dan Fungsinya dalam Keluarga Berencana – Intrauterine Device (IUD) atau spiral merupakan salah judi sicbo satu metode kontrasepsi yang paling efektif untuk mencegah kehamilan jangka panjang. Alat kecil berbentuk huruf T ini dipasang di dalam rahim oleh tenaga medis profesional. Terdapat dua jenis utama IUD, yaitu IUD tembaga dan IUD hormonal. Keduanya bekerja dengan cara mencegah sperma membuahi sel telur, namun memiliki mekanisme dan efek samping yang sedikit berbeda.

Meskipun IUD dikenal aman dan efisien hingga 99%, pengguna tetap perlu memahami efek samping yang mungkin terjadi setelah pemasangan. Dengan mengetahui risikonya, wanita dapat mempersiapkan diri dan membuat baccarat online keputusan kontrasepsi yang lebih bijak.

1. Nyeri dan Kram Setelah Pemasangan

Salah satu efek samping paling umum setelah pemasangan IUD adalah nyeri perut bagian bawah atau kram. Rasa sakit ini biasanya terjadi beberapa jam hingga beberapa hari setelah prosedur. Nyeri muncul akibat respons tubuh terhadap benda asing di dalam rahim. Dokter biasanya akan menyarankan obat pereda nyeri ringan seperti ibuprofen untuk mengatasinya.

2. Perubahan Pola Menstruasi

Setelah IUD dipasang, sebagian wanita akan mengalami perubahan pada siklus haid. Pada IUD tembaga, haid bisa menjadi lebih panjang dan lebih banyak, terutama dalam tiga bulan pertama. Sedangkan pada IUD hormonal, justru sebaliknya—darah haid bisa menjadi lebih sedikit atau bahkan berhenti sama sekali.

3. Munculnya Bercak di Luar Jadwal Menstruasi

Efek samping lain yang sering dialami adalah bercak darah (spotting) di luar masa haid. Hal ini biasanya bersifat sementara dan akan berangsur hilang setelah tubuh menyesuaikan diri terhadap IUD, terutama dalam 3–6 bulan pertama.

4. Risiko Infeksi Rahim

Pemasangan IUD yang tidak steril atau dilakukan bukan oleh tenaga medis berisiko menyebabkan infeksi panggul. Gejala infeksi bisa berupa demam, nyeri hebat di perut bagian bawah, atau keluarnya cairan tidak normal dari vagina. Jika gejala ini muncul, pengguna harus segera memeriksakan diri ke dokter.

5. IUD Bergeser dari Posisi Semula

Dalam kasus langka, IUD bisa bergeser dari tempat seharusnya, terutama dalam bulan pertama setelah pemasangan. Hal ini dapat mengurangi efektivitas kontrasepsi dan meningkatkan risiko kehamilan. Pemeriksaan rutin ke dokter sangat dianjurkan untuk memastikan posisi IUD tetap aman di dalam rahim.

6. Nyeri Saat Berhubungan Seksual

Beberapa wanita mengeluhkan rasa tidak nyaman atau nyeri saat berhubungan intim setelah memasang IUD. Penyebabnya bisa karena posisi IUD yang tidak tepat atau efek dari rahim yang masih beradaptasi. Bila keluhan terus berlanjut, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter kandungan.

7. Reaksi Hormonal (Khusus IUD Hormonal)

IUD hormonal mengandung progestin, yang dapat menyebabkan efek samping seperti jerawat, perubahan suasana hati, payudara terasa nyeri, atau penambahan berat badan ringan. Efek ini biasanya bersifat sementara dan akan hilang setelah beberapa bulan.

8. Risiko Kehamilan Ektopik

Meski sangat jarang, kehamilan tetap bisa terjadi saat menggunakan IUD, dan dalam beberapa kasus bisa bersifat ektopik (di luar rahim). Kondisi ini berbahaya dan memerlukan penanganan medis segera. Gejala yang perlu di waspadai antara lain nyeri tajam di perut bagian bawah dan pendarahan abnormal.

Kesimpulan: Pertimbangkan Sebelum Memasang IUD

IUD memang menawarkan perlindungan jangka panjang tanpa perlu mengingat jadwal konsumsi pil atau suntikan. Namun, seperti metode kontrasepsi lainnya, IUD juga memiliki potensi efek samping yang perlu diperhatikan. Di skusikan dengan dokter kandungan mengenai kondisi tubuh, riwayat kesehatan, dan jenis IUD yang paling sesuai sebelum memutuskan pemasangan. Dengan informasi yang lengkap, wanita dapat memilih metode kontrasepsi yang aman, nyaman, dan sesuai kebutuhan.

Exit mobile version